PEMBELAJARAN
Pembelajaran (Learning) dapat
didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan
keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman.
Pendekatan
untuk Pembelajaran
Telah ada pandangan tentang
pendekatan untuk pembelajaran, di antaranya pendekatan kognitif dan behavioral.
1.Behavioral
Behaviorisme adalah pandangan
yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat
diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah
segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung.
2.Kognitif
Pendekatan kognitif ini terdiri
atas empat pendekatan yaitu :
-Pendekatan Kogniif Sosial,
menekankan bagaimana faktor perilaku, lingkungan dan orang saling berinteraksi mempengaruhi proses
pembelajaran.
-Pemrosesan Informasi Kognitif,
menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran dan
proses kognitif lainnya.
-Konstruktivitas Kognitif,
menekankan konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
-Konstruktivis Sosial,
memfokuskan pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.
Pendekatan
Behavioral untuk Pembelajaran
Pada pendekatan Behavioral
terdapat 2 pembagian, yaitu Classical Conditioning(Pengkondisian
Klasik) dan Operan Conditioning (Pengkondisian Operan).
Pengkondisian
Klasik adalah
tipe pembelajaran di mana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau
mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus yang bermakna
(seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang
sama.
Terdapat dua tipe stimuli dan
dua tipe respons: unconditioned stimulus (US), unconditioned response (UR),
conditioned stimulus (CS), dan conditioned response (CR).
Unconditioned
stimulus (US) dalah
sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada
pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US.
Unconditioned
response (UR) adalah
respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US. Dalam
eksperimen Pavlov, air liur anjing yang merspons makanan a dalah UR.
Conditioned
stimulus (CS) adalah
stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response
setelah diasosiasikan dengan US. Di antara stimuli yang terkondisikan dalam
eksperimen Pavlov adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum
anjing menyantap makanan, seperti suara pintu tertutup sebelum makanan
ditempatkan di piring anjing.
Conditioned
response (CR) adalah
respons yang dipelajari, yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan
yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.
Hukuman
(punishment) adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Dalam pendekatan klasikal ada
juga Generalisasi, diskriminasi, dan
pelenyapan.
-Generalisasi dalam pengkondisian klasik
adalah tendensi dari stimulus barudengan conditioned stimulus yang asli untuk
menghasilkan respons yang sama
-Diskriminasi terjadi ketika organisme
merespon stimuli tertentu tetapi tidak merespon
stimuli lainnya.
-Pelenyapan
( Extinction )
dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan conditioned respons ( CR ) karena
tidak adanya Unconditioned Stimulus (US)
Pengkondisian klasik sangat
membantu untuk memahami kecemasan dan ketakutan murid. Namun, cara ini lebih
efektif untuk menjelaskan perilaku sukarela mengapa murid belajar keras untuk
satu mata pelajaran.
Pengkondisian
Operan (Pengkondisian Instrumental)
Adalah sebentuk pembelajaran di
mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari pengkondisian
operan adalah B.F. Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L.
Thorndike.
Penguatan terbagi menjadi 2,
yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
-Penguatan
Positif
Frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding), seperti dalam contoh
di mana komentar positif guru meningkatkan perilaku menulis murid.
-Penguatan
Negatif
Penguatan negatif menyatakan
bahwa frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Misalnya, ayah
mengomeli putranya agar mau mengerjakan PR. Akhirnya, anak itu lelah
mendengarkan omelan dan mengerjakan PR-nya. Respons anak (mengerjakan PR)
menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (omelan).
0 komentar:
Posting Komentar