PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Pendidikan multikultural adalah
pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragram perspektif dari
berbagai kelompok kultural. Para pendukungnya percaya bahwa anak-anak kulit
berwarna harus diberdayakan dan pendidikan multikultural akan bermanfaat bagi
semua murid. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan
kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersempit gap dalam prestasi
akademik antara murid kelompok utama dengan minoritas.
Pendidikan
multikultural muncul dari gerakan hak-hak sioil pada 1960-an dan gerakan untuk
pemerataan kesetaraan dan keadilan sosial dalam masyarakat untuk wanita serta
orang kulit berwarna. Sebagai sebuah bidang, pendidikan multikultural mencakup
isu-isu yang berkaitan dengan status sosioekonomi, etnisitas, dan gender.
Karena keadilan sosial adalah salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka
reduksi prasangka dan pedagogi ekuitas menjadi komponen utamanya.
Memberdayakan Murid
Istilah
pemberdayaan (empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan
keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih
adil. Pada tahun 1960-an sampai 1980-an, pendidikan multikultural
dititikberatkan pada usaha memberdayakan murid dan memperbaiki representasi
kelompok minoritas dan kultural dalam kurikulum dan buku ajar. Menurut
pandangan ini, sekolah harus memberi murid kesempatan untuk belajar tentang
pengalaman, perjuangan, dan visi dari berbagai kelompok kultural dan etnis yang
berbeda-beda. Harapannya adalah hal ini akan meningkatkan rasa harga diri
minoritas, mengurangi prasangka, dan memberikan kesempatan pendidikan yang
lebih setara. Harapan lainnya adalah hal ini akan membantu murid kulit putih
untuk menjadi lebih toleran kepada kelompok minoritas dan agar baik itu murid
kulit putih dan kulit berwarna akan mengembangkan beragam perspektif dalam
kurikulumnya.
Pengajaran yang Relevan Secara Kultural
Adalah aspek
penting dari pendidikan multikultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk
menjalin hubungan dengan latar belakang kultural dari pelajar.
Pakar
pendidikan multikultural percaya bahwa guru yang baik akan mengetahui dan
mengintegrasikan pengajaran yang relevan secara kultural ke dalam kurikulum
karena akan membuat pengajaran menjadi lebih efektif. Guru bisa menggunakan
model tiga dimensional, grafik, foto , diagram, dan tulisan di papan tulis.
Pendidikan yang Berpusat pada Isu
Pendidikan
yang berpusat pada isu terkait erat dengan pendidikan moral.
Meningkatkan Hubungan di Antara Anak dari
Kelompok Etnis yang Berbeda-beda
Ada sejumlah
strategi dan program untuk meningkatkan hubungan antar anak dari kelompok etnis
yang berbeda-beda.
Kelas Jigsaw
Aronson
(1986) mengembangkan konsep kelas Jigsaw. Di kelas ini murid dari berbagai
latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan
beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama.
Aronson memakai istilah jigsaw karena dia menganggap teknik ini sama seperti
menyuruh sekelompok anak untuk bekerja sama menempatkan kepingan yang berbeda
untuk melengkapi teka-teki permainan jigsaw.
Terkadang
strategi kelas jigsaw ini dideskripsikan sebagai upaya menciptakan tujuan utama
atau tugas bersama untuk murid. Tim olahraga, produksi drama, dan pentas musik
adalah contoh lain dari konteks di mana murid secara kooperatif dan kadang
penuh semangat berusaha berpartisipasi untuk mencapai tujuan utama.
Kontak Personal dengan Orang Lain dari
Latar Belakang Kultural yang Berbeda
Proyek
kurikulum multietnis yang difokuskan pada isu etnis, kelompok kerja campuran,
serta guru dan staf sekolah pendukung, telah membantu memperbaiki hubungan
antar-etnis di kalangan murid. Hubungan meningkat ketika murid saling berbicara
satu sama lain tentang kecemasan mereka, kesuksesan mereka, kegagalan mereka, strategi
mereka untuk mengatasi masalah, minat mereka, dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar